Monday 5 October 2015

APAKAH KASUS GANK MOTOR MERUPAKAN SALAH SATU BENTUK KENAKALAN REMAJA????

Sahabat kreatif,

Masa remaja sebagai masa transisi menuju kematangan dan kemandirian. Pada masa itu pula remaja mendapatkan banyak tuntutan yang seringkali bertentangan yang berasal dari orang tua, teman, guru, masyarakat, dan lingkungan. Berbekal dari ketidaksepahaman antara remaja dengan tuntutan, maka muncullah “gerakan pemberontakan” terhadap otoritas orang dewasa. Macam pemberontakkan sendiri cukup banyak yang kesemuanya lebih mudah disebut sebagai kenakalan remaja. Kenakalan remaja dewasa ini sudah cukup memprihatinkan, mulai dari tawuran, pemalakan, pencurian, pelecehan seksual, dan tindakan kriminal lainnnya.

          Berawal dari berkumpul bersama teman sebayanya, remaja kemudian membentuk sebuah kelompok yang disebut sebagai geng. Geng ini biasanya terbentuk oleh “kesamaan nasib” yang biasanya berupa penolakan sehingga mereka bersikap anti-sosial. Pada awalnya geng ini merupakan kelompok yang secara bersama-sama mencari pengalaman baru yang menyenangkan, namun lama-kelamaan perbuatan mereka semakina liar, tidak terkendali, dan mengarah kepada tindak kekerasan.

Sahabat kreatif,,,,

Geng Motor sebagai Bentuk Kenakalan Remaja
         
 Perlu di tekankan di sini bahwa penyebutan geng motor tidak sama dengan Club Motor yang memang tujuan terbentuknya sudah berbeda. Club Motor biasanya terbentuk oleh kesamaan hobi atau kesamaan motor dengan menggunakan organisasi formal sebagai perantaranya. Sedangkan geng motor lebih kepada sebuah perkumpulan yang suka kebut-kebutan di malam hari dengan suara berisik, tidak segan-segan melakukan tindakan kriminal, dan tidak terdaftar di kepolisian. Geng motor ini juga tidak segan-segan melakukan tindakan kekerasan yang melanggar hukum.
       
   Kasus kriminal yang dilakukan geng motor mulai merebak akhir-akhir ini. Hal tersebut membuat masyarakat kembali resah setelah kasus yang sama merebak beberapa tahun yang lalu. Permasalahannya  masih tetap sama, yaitu berupa tindak kriminal yang baru-baru ini berupa perusakan minimarket serta pembunuhan.
        
  Seperti yang telah disebutkan, bentuk kenakalan remaja banyak macamnya, geng motor salah satunya. Geng motor yang doyan mengadakan konvoi menjadi wadah pelampiasan yang menarik bagi remaja. Dan remaja yang adrenalinnya mudah terpacu akan sangat tertarik dengan aksi kebut-kebutan yang menjadi ciri khas geng motor.

Pentingnya Peran Orang Tua dan Pendidikan
          Sejalan dengan uraian di atas, remaja adalah pribadi-pribadi yang gelisah. Remaja seperti ini membutuhkan pendamping. Dalam banyak kasus, orang tua justru tidak memiliki banyak waktu untuk anak-anaknya dengan banyak alasan sebagai pembenaran. Mereka cukup tahu bahwa anak bersikap manis di rumah, sehingga mereka memilih untuk tutup mata dan menjadi tidak tahu bagaimana perilaku anak di luar rumah. Orang tua yang sibuk memenuhi kebutuhan secara ekonomi menjadi tidak tahu-menahu (tidak mau tahu) anak mereka kemana, bergaul dengan siapa saja, juga apa saja yang dilakukan.

Hubungan orang tua-anak yang ada selama ini hanya berupa objek-objek. Orang tua memandang anak sebagai objek, begitu juga cara anak memandang orang tua. Cinta dan kasih sayang menjadi penentu dalam mengatasi permasalahan ini. Orang tua yang awalnya acuh harus lebih memperhatikan perkembangan anak.

          Pendidikan juga perlu disoroti atas maraknya perilaku geng motor yang bersifat destruktif. Dapat dikatakan bahwa pendidikan kita telah gagal dalam mendidik. Siswa saat ini tidak cukup hanya belajar mata pelajaran tertentu atau lulus ujian nasional. Mereka, para siswa membutuhkan sesuatu yang lebih dari itu, mereka membutuhkan hal yang tidak hanya membuat mereka cerdas secara kognitif saja, mereka juga membutuhkan pelajaran moral serta etika.

          Sistem pendidikan kita selama ini melulu mengacu pada keberhasilan secara kognitif semata. Siswa diberi tuntutan yang cukup berat hingga dapat menimbulkan stres. Berangkat dari stres inilah kemudian remaja mencari pelampiasan.

          Ada baiknya bila sistem pendidikan kita kembali diarahkan agar tidak hanya memperhatikan kecerdasan kognitif semata, namun juga afektif dan psikomotorik. Pemantauan terhadap budi pekerti siswa juga perlu dilakukan agar nantinya siswa tihak hanya cerdas secara kognitif namun juga sehat psikologinya.


No comments:

Post a Comment