APAKAH KASUS GANK MOTOR MERUPAKAN SALAH SATU BENTUK KENAKALAN
REMAJA????
Sahabat kreatif,
Masa remaja sebagai
masa transisi menuju kematangan dan kemandirian. Pada masa itu pula remaja
mendapatkan banyak tuntutan yang seringkali bertentangan yang berasal dari
orang tua, teman, guru, masyarakat, dan lingkungan. Berbekal dari
ketidaksepahaman antara remaja dengan tuntutan, maka muncullah “gerakan
pemberontakan” terhadap otoritas orang dewasa. Macam pemberontakkan sendiri
cukup banyak yang kesemuanya lebih mudah disebut sebagai kenakalan remaja.
Kenakalan remaja dewasa ini sudah cukup memprihatinkan, mulai dari tawuran,
pemalakan, pencurian, pelecehan seksual, dan tindakan kriminal lainnnya.
Berawal dari berkumpul bersama teman sebayanya, remaja kemudian membentuk
sebuah kelompok yang disebut sebagai geng. Geng ini biasanya terbentuk oleh
“kesamaan nasib” yang biasanya berupa penolakan sehingga mereka bersikap
anti-sosial. Pada awalnya geng ini merupakan kelompok yang secara bersama-sama
mencari pengalaman baru yang menyenangkan, namun lama-kelamaan perbuatan mereka
semakina liar, tidak terkendali, dan mengarah kepada tindak kekerasan.
Sahabat kreatif,,,,
Geng Motor sebagai Bentuk Kenakalan
Remaja
Perlu di tekankan di sini bahwa penyebutan
geng motor tidak sama dengan Club Motor yang memang tujuan
terbentuknya sudah berbeda. Club Motor biasanya terbentuk oleh
kesamaan hobi atau kesamaan motor dengan menggunakan organisasi formal sebagai
perantaranya. Sedangkan geng motor lebih kepada sebuah perkumpulan yang suka
kebut-kebutan di malam hari dengan suara berisik, tidak segan-segan melakukan
tindakan kriminal, dan tidak terdaftar di kepolisian. Geng motor ini juga tidak
segan-segan melakukan tindakan kekerasan yang melanggar hukum.
Kasus
kriminal yang dilakukan geng motor mulai merebak akhir-akhir ini. Hal tersebut
membuat masyarakat kembali resah setelah kasus yang sama merebak beberapa tahun
yang lalu. Permasalahannya masih tetap sama, yaitu berupa tindak kriminal
yang baru-baru ini berupa perusakan minimarket serta pembunuhan.
Seperti yang
telah disebutkan, bentuk kenakalan remaja banyak macamnya, geng motor salah
satunya. Geng motor yang doyan mengadakan konvoi menjadi wadah pelampiasan yang
menarik bagi remaja. Dan remaja yang adrenalinnya mudah terpacu akan sangat
tertarik dengan aksi kebut-kebutan yang menjadi ciri khas geng motor.
Pentingnya Peran Orang
Tua dan Pendidikan
Sejalan dengan uraian di atas, remaja adalah pribadi-pribadi yang gelisah.
Remaja seperti ini membutuhkan pendamping. Dalam banyak kasus, orang tua justru
tidak memiliki banyak waktu untuk anak-anaknya dengan banyak alasan sebagai
pembenaran. Mereka cukup tahu bahwa anak bersikap manis di rumah, sehingga
mereka memilih untuk tutup mata dan menjadi tidak tahu bagaimana perilaku anak
di luar rumah. Orang tua yang sibuk memenuhi kebutuhan secara ekonomi menjadi
tidak tahu-menahu (tidak mau tahu) anak mereka kemana, bergaul dengan siapa
saja, juga apa saja yang dilakukan.
Hubungan
orang tua-anak yang ada selama ini hanya berupa objek-objek. Orang tua
memandang anak sebagai objek, begitu juga cara anak memandang orang tua. Cinta
dan kasih sayang menjadi penentu dalam mengatasi permasalahan ini. Orang tua
yang awalnya acuh harus lebih memperhatikan perkembangan anak.
Pendidikan juga perlu disoroti atas maraknya perilaku geng motor yang bersifat
destruktif. Dapat dikatakan bahwa pendidikan kita telah gagal dalam mendidik.
Siswa saat ini tidak cukup hanya belajar mata pelajaran tertentu atau lulus
ujian nasional. Mereka, para siswa membutuhkan sesuatu yang lebih dari itu,
mereka membutuhkan hal yang tidak hanya membuat mereka cerdas secara kognitif
saja, mereka juga membutuhkan pelajaran moral serta etika.
Sistem pendidikan kita selama ini melulu mengacu pada keberhasilan secara
kognitif semata. Siswa diberi tuntutan yang cukup berat hingga dapat
menimbulkan stres. Berangkat dari stres inilah kemudian remaja mencari
pelampiasan.
Ada baiknya bila sistem pendidikan kita kembali diarahkan agar tidak hanya memperhatikan
kecerdasan kognitif semata, namun juga afektif dan psikomotorik. Pemantauan
terhadap budi pekerti siswa juga perlu dilakukan agar nantinya siswa tihak
hanya cerdas secara kognitif namun juga sehat psikologinya.
No comments:
Post a Comment