Sunday 11 October 2015

PENDIDIKAN

REMAJA DAN PENDIDIKAN


Sahabat kreatif,,, berbicara tentang pendidikan dan remaja begitu saling berkaitan, atau dengan kata lain kedua aspek ini tidaklah dapat dipisahkan. mengapa dikatakan seperti itu ya guysss??? Soalnya, pendidikan perlu untuk mendidik para remaja agar bisa terarah menuju kepada masa depan yang baik, dan remaja harus menggeluti pendidikan itu untuk memperoleh hasil yang luar biasa. tetapi, tentnya hasil dari proses pendidikan yang dihasilkan oleh para remaja adalah hal yang positif. seperti: Memiliki masa depan yang cerah, wawasan dan pengetahuan para remaja bertambah, memiliki kesopanan, menemukan jati diri yang sebenarnya sehingga pandai membawa diri, dan perekonomian yang baik pula di masa depan.

Guysss,,,, Buat kamu-kamu yang saat masih dikategorikan remaja, kamu harus terus semangat untuk melalui etape ataupun tahapan di dunia pendidikan kamu. karena ketika kamu sabar dan melakukannya dengan penuh semangat maka dijamin, kamu bisa melalui masa remaja kamu di lingkup pendidikan akan bahagia pula, meskipun didalam keseharian atau rutinitas kamu begitu banyak tugas-tugas yang diberikan oleh guru-guru kamu.

Terkadang para remaja merasa letih dan bosan saat harus menjalani rutinitasnya tiap-tiap hari dengan belajar, belajar dan belajar. tetapi meskipun perasaan seperti itu terkadang hinggap di hati kamu, segera hilangkan ya guyss,, karena tidak selamanya kamu menjalaninya dan tentunya saat kamu tua nanti, kamu pasti akan merindukan masa-masa itu.

So,,, guysss,,,, nikmati masa-masa remaja kamu di dunia pendidikan supaya kamu tetap terus semangat dan gak pernah punya perasaan lelah dan bosan tiap hari belajar. ok




Thursday 8 October 2015

SKRIPSI TEHNIK SIPIL : PENGARUH PERENDAMAN ASPAL PORUS DENGAN ASBUTON SEBAGAI PENGIKAT TERHADAP AIR ASIN DAN AIR TAWAR DI KABUPATEN POLMAN

                                                 PROPOSAL PENELITIAN
PENGARUH PERENDAMAN ASPAL PORUS 
DENGAN ASBUTON SEBAGAI PENGIKAT 
TERHADAP AIR ASIN DAN AIR TAWAR    
     DI KABUPATEN POLMAN



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Indonesia sebagai negara berkembang saat ini telah memiliki laju pertumbuhan yang sangat pesat. Dan seiring laju pertumbuhan tersebut, maka peranan transportasi sangatlah penting. Agar transportasi berjalan lancar, maka diperlukan sarana dan prasarana yang memadai. Untuk itu, peranan jalan sangatlah penting guna menunjang aktivitas sosial dan perekonomian suatu daerah, dan juga keberadaan jalan haruslah memberikan rasa aman dan nyaman kepada pengguna jalan.
Ditinjau dari segi keamanan dan kenyamanan pengguna jalan, Kondisi fisik dari jalan seperti tingkat kekesatan aspal, genangan-genangan air dipermukaan jalan, tingkat kebisingan jalan dan sebagainya adalah hal penting.  Oleh karena itu, dalam hal peningkatan pelayanan jalan terhadap pemakainya maka dikembangkan teknologi Aspal Porus sebagai salah satu bagian dari perkerasan lentur yang dapat meminimalisir dampak-dampak buruk sarana transportasi.
Aspal porus adalah aspal yang dicampur dengan agregat tertentu yang setelah dipadatkan mempunyai 20 % pori-pori udara. Aspal porus umumnya memiliki nilai stabilitas Marshall yang lebih rendah dari aspal beton yang menggunakan gradasi rapat, stabilitas Marshall akan meningkat bila gradasi terbuka yang digunakan lebih banyak fraksi halus .
 Aspal porus direncanakan untuk lapis permukaan jalan yang memungkinkan air meresap bebas. Perkembangan selanjutnya aspal porus layak untuk meningkatkan kontak roda kendaraan dengan permukaan jalan. Aspal porus juga mengeliminasi pengkabutan dibelakang kendaraan dan mengurangi kesilauan dari permukaan jalan pada siang dan malam hari, sehingga permukaan jalan lebih jelas kelihatannya.
Salah satu alternatif campuran pada aspal porus adalah dengan menggunakan asbuton. Campuran asbuton ini digunakan sebagai pengikat air asin maupun air tawar yang sering menggenangi jalan sehingga mengakibatkan kerusakan pada jalan tersebut. Pemanfaatan asbuton ini  diharapkan dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin dalam program pembangunan infrastruktur jalan di Indonesia, khususnya di kota Polewali, Kabupaten Polman, Sulawesi Barat.
Infrastruktur jalan di Kabupaten Polman masih sering mengalami kerusakan. Selain diakibatkan oleh banyaknya kendaraan yang melintasi jalan tersebut, keberadaan laut di sepanjang jalan juga menjadi salah satu faktor rusaknya jalan.
Untuk itu pemanfaatan Asbuton sebagai pengikat air asin dan air tawar yang sering menggenangi jalan inilah, diharapkan nantinya akan membantu keberadaan infrastruktur jalan yang ada di Kota Polewali agar awet dan tahan lama. Untuk membandingkan pengaruh air asin dan juga air tawar yang sering ditemukan menggenangi aspal terhadap asbuton yang digunakan sebagai zat pengikat,  maka peneliti mengangkat judul penelitian, “Pengaruh Perendaman Aspal Porus Dengan Asbuton Sebagai Pengikat Terhadap Air Asin Dan Air Tawar di Kabupaten Polman”.



1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka adapun rumusan masalah yang diambil adalah:
1.      Bagaimana pengaruh perendaman aspal porus dengan asbuton terhadap air asin?
2.      Bagaimana pengaruh perendaman aspal porus dengan asbuton terhadap air tawar?
3.      Bagaimana pengaruh perendaman aspal porus dengan asbuton terhadap air asin dan air tawar?

1.3  Tujuan Penelitian
2.      Untuk mengetahui pengaruh perendaman aspal porus dengan asbuton terhadap air asin.
3.      Untuk mengetahui pengaruh perendaman aspal porus dengan asbuton terhadap air tawar.
4.      Untuk mengetahui pengaruh perendaman aspal porus dengan asbuton terhadap air asin dan air tawar.

1.4  Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini antara lain :
1.      Manfaat secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan bagi para kontraktor di bidang transportasi jalan
2.      Manfaat secara praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan tentang pemanfaatan asbuton sebagai zat pengikat air asin dan air tawar pada aspal porus.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Aspal Porus
Aspal Porus merupakan perkembangan dari teknologi perkerasan lentur yang memanfaatkan besarnya pori yang sengaja dibuat dengan maksud sebagai alur alir bagi air ketika terjadi genangan pada lapisan permukaan jalan. Penggunaan nama Aspal Porus sangat terkait dengan perilaku atau sifat-sifat campuran beraspal yang menggunakan gradasi agregat dengan jumlah fraksi kasar diatas 85% dari berat total campuran, sehingga struktur yang dihasilkan lebih terbuka dan berongga.
Di negara-negara maju, aspal porus sudah banyak diterapkan, seperti Belanda, Spanyol, Belgia, Inggris, Denmark, Amerika Serikat, Jepang dan Singapura. Awalnya aspal porus dikenal sebagai open-graded friction courses (OGFC) yang telah digunakan sejak tahun 1950 di Amerika Serikat untuk tujuan meningkatkan kekesatan perkerasan aspal. Aspal porus adalah campuran beraspal yang didesain mempunyai porositas lebih tinggi dibandingkan jenis perkerasan yang lain.
 Kandungan rongga pori dalam jumlah yang besar diharapkan menghasilkan kondisi permukaan agak kasar, sehingga akan mempunyai tingkat kekesatan yang tinggi. Selain itu pori yang tinggi diharapkan dapat berfungsi sebagai saluran drainase di dalam campuran (Djumari, 2009).
Campuran aspal porus merupakan generasi baru dalam perkerasan lentur, yang membolehkan air meresap ke dalam lapisan atas (wearing course) secara vertikal dan horizontal. Lapisan aspal porus ini secara efektif dapat memberikan tingkat kenyamanan terutama diwaktu hujan agar tidak terjadi genangan-genangan air serta memiliki kekesatan permukaan yang lebih kasar dan dapat mengurangi kebisingan (noise reduction). (Djumari. 2009)

2.2  Asbuton
Aspal Buton (Asbuton) adalah aspal alam yang terkandung dalam deposit batuan yang terdapat di pulau Buton dan sekitarnya. Dengan jumlah deposit Asbuton yang mencapai 650 juta ton, menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil aspal alam terbesar di dunia.
Kadar aspal yang terkandung dalam Asbuton bervariasi, antara 10-40%. Ini merupakan kadar aspal yang cukup besar dibandingkan dengan kadar aspal alam negara-negara lain seperti Amerika (12-15%) dan Prancis (6-10%). Namun, dengan potensi SDA yang begitu besarnya, Indonesia masih belum bisa untuk mencukupi kebutuhan aspal dalam negeri. Ini disebabkan karena Asbuton, sebagai bahan baku pembuatan konstruksi jalan, masih belum banyak digunakan. Dari segi mutu, Asbuton dirasa masih kalah bersaing dengan aspal minyak.
Kadar aspal Asbuton yang bervariasi, mudah pecah, dan harganya yang lebih mahal menjadi alasan kenapa Asbuton menjadi jarang dipakai. Namun seiring dengan terus melonjaknya harga aspal minyak sejak 2002 lalu, maka penggunaan Asbuton saat ini dinilai lebih murah dan efisien.
Asbuton juga memiliki kelebihan, yaitu titik lembeknya lebih tinggi dari aspal minyak dan ketahanan Asbuton yang cukup tinggi terhadap panas, sehingga membuatnya tidak mudah meleleh. Sesuai dengan keluarnya Peraturan Menteri PU No.35/2006, saat ini pemerintah juga bertekad untuk menggalakkan penggunaan aspal buton (Asbuton) pada pekerjaan perbaikan, pembangunan dan peningkatan jalan di 14 provinsi tahun ini. Melihat potensi yang ada, maka saat ini dilakukan berbagai penelitian yang bertujuan untuk bisa memaksimalkan penggunaan Asbuton di tanah air, khususnya penggunaan Asbuton sebagai bahan baku perkerasan jalan.
Asbuton adalah nama suatu produk ekstraksi batuan aspal alam dari Pulau Buton Sulawesi Tenggara melalui pengembangan teknologi, liquid Asbuton memiliki penetrasi yang sangat rendah, sehingga digolongkan sebagai aspal keras. pada umumnya mengandung 60% sampai dengan 75% kadar bitumen sisanya adalah mineral 25%-40% sebagai bahan pengisi alam. (Nur Ali, Wihardi T, A. Irsan dan Dwi. 2011).
Aspal buton (liquid Asbuton) sebagai aspal alam harus dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin dalam program pembangunan infrastruktur jalan di Indonesia. Asbuton memiliki sifat yang berbeda tergantung dari mana asbuton itu berasal, sampai saat ini ada dua daerah yang lebih dikenal dan banyak dimanfaatkan hasilnya untuk pembangunan jalan yaitu asbuton lawele dan asbuton kabungka.
Sifat reologhy aspal ditentukan oleh komponen komponen penyusun dari aspal itu sendiri dimana dari perbedaan komposisi penyusun dari aspal itu memberi pengaruh terhadap karakteristik kekuatan dari aspal buton. Asbuton terdiri dari 4 penyusun utama yaitu saturates, aromatics, resins dan asphaltenes dimana masing masing memiliki komponen struktur molekul yang berbeda-beda dan saling berhubungan untuk menentukan sifat rheology dari asbuton.

2.3  Air Laut
Laut merupakan wilayah yang paling luas di permukaan dunia, dengan luas mencapai 70% dari seluruh permukaan dunia, dan memiliki sifat korosifitas yang sangat agresif. Secara umum Derajat keasaman air laut pada umumnya berkisar antara 8,2 sampai dengan 8,4 dimana mengandung air sebanyak 96,5 % sedangkan material terlarut dalam bentuk molekul dan ion sebanyak 3,5 %. Material yang terlarut tersebut 89 % terdiri dari garam Chlor sedangkan sisanya 11 % terdiri dari unsur-unsur lainnya.
 Beberapa hal yang menyebabkan laut sangat bersifat agresif dan merusak adalah sebagai berikut :
a.        Laut merupakan elektrolit yang memiliki sifat konduktivitas tinggi
b.       Kandungan oksigen terlarut cukup tinggi
c.        Temperatur permukaan laut umumnya tinggi
d.       Ion klorida pada air laut merupakan ion agresif
Dalam dunia konstuksi perkerasan jalan, sifat agresifitas lingkungan laut juga memberi pengaruh yang buruk terhadap konstruksi perkerasan dimana faktor penyebab dari kerusakan jalan khususnya pada jalan yang berada pada daerah pantai selain dari adanya masalah teknis dalam perencanaan maupun pelaksanaan juga akibat adanya pengaruh dari genangan air laut.
 Luapan air laut baik itu akibat banjir maupun akibat gelombang yang tinggi karena pengaruh angin kencang yang terjadi pada siang hari mengakibatkan banyak air laut yang menggenangi jalan baik itu dalam waktu beberapa saat maupun dalam jangka waktu yang cukup lama.

2.4  Air Tawar
Air tawar ialah air yang tidak berasal dari laut, atau boleh dikatakan air tawar lawan dari air asin. Air tawar merupakan air yang tidak mengandung banyak larutan garam dan larutan mineral di dalamnya.
Saat menyebutkan air tawar, orang biasanya merujuk pada air dari sumur, danau, sungai, salju, atau es. Air tawar juga berarti air yang dapat dan aman untuk dijadikan minuman bagi manusia. Air Samudera dan lautan tersusun dari banyak garam natrium chlorida (NaCl) hingga air terasa asin, yang tidak bisa dan tidak nyaman untuk dikonsumsi oleh manusia.
Air tawar berasal dari dua sumber, yaitu air permukaan (surface water) dan air tanah (ground water).
 2.4.1 Air permukaan
 Air permukaan adalah air yang berada di sungai, danau, waduk, rawa dan badan air lain, yang tidak mengalami infiltrasi ke bawah tanah. Areal tanah yang mengalirkan air ke suatu badan air disebut watersheads atau drainage basins. Air yang mengalir dari daratan menuju suatu badan air disebut limpasan permukaan (surface run off) dan air yang mengalir di sungai menuju laut disebut aliran air sungai (river run off).
 Sekitar 60 % air yang masuk ke sungai berasal dari hujan, pencairan es/salju (terutama untuk wilayah ugahari), dan sisanya berasal dari air tanah. Wilayah di sekitar daerah aliran sungai yang menjadi tangkapan air disebut catchment basin. Air hujan yang jatuh ke bumi dan menjadi air permukaan memiliki kadar bahan-bahan terlarut atau unsur hara yang sangat sedikit.
Air hujan biasanya bersifat asam, dengan nilai pH sekitar 4,2. Hal ini disebabkan air hujan melarutkan gas-gas yang terdapat di atmosfer, misalnya gas karbondioksida (CO2), sulfur (S), dan nitrogen oksida (NO2) yang dapat membentuk asam lemah. Setelah jatuh ke permukaan bumi, air hujan mengalami kontak dengan tanah dan melarutkan bahan-bahan yang terkandung di dalam tanah.
Perairan permukaan diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama, yaitu badan air tergenang (standing waters atau lentik) dan badan air mengalir (flowing waters atau lotik). Perairan tergenang meliputi danau, kolam, waduk, rawa dan sebagainya. Perairan tergenang (lentik), khususnya danau, biasanya mengalami stratifikasi secara vertikal akibat perbedaan intensitas cahaya dan perbedaan suhu pada kolam air yang terjadi secara vertikal. Sedangkan perairan mengalir (lotik) contohnya adalah sungai. Sungai dicirikan oleh arus yang searah dan relatif kencang, dengan kecepatan berkisar antara 0,1 – 1,0 m/detik serta sangat dipengaruhi oleh waktu, iklim, dan pola drainase. Pada perairan sungai, biasanya terjadi pencampuran massa air secara menyeluruh dan tidak terbentuk stratifikasi vertikal kolom air seperti pada perairan lentik. Kecepatan arus, erosi, dan sedimentasi merupakan fenomena yang biasa terjadi di sungai sehingga kehidupan flora dan fauna sangat dipengaruhi oleh ketiga variabel tersebut. Klasifikasi perairan lentik sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya dan perbedaan suhu air, sedangkan klasifikasi perairan lotik justru dipengaruhi oleh kecepatan arus atau pergerakan air, jenis sedimen dasar, erosi, dan sedimentasi.(Hefni. E 2003)
2.4.2 Air Tanah
Air tanah (groundwater) merupakan air yang berada di bawah permukaan tanah. Air tanah ditemukan pada aliran air di bawah permukaan tanah. Pergerakan air tanah sangat lambat, kecepatan arus berkisar antara 10-10-10-3 m/det dan dipengaruhi oleh porositas, permeabilitas dari lapisan tanah, dan pengisian kembali air.
Karakteristik utama yang membedakan air tanah dari air permukaan adalah pergerakan yang sangat lambat dan waktu tinggal yang sangat lama, dapat mencapai puluhan bahkan ratusan tahun. Karena pergerakan yang sangat lambat dan waktu yang tinggal lama tersebut, air tanah akan sulit untuk pulih kembali jika mengalami pencemaran.
Daerah di bawah tanah yang terisi air disebut daerah saturasi. Pada daerah saturasi, setiap pori tanah dan batuan berisi oleh air, yang merupakan air tanah (groundwater). Batas atas daerah saturasi yang banyak mengandung air dan daerah belum saturasi/jenuh yang masih mampu menyerap air. Jadi, daerah saturasi berada di bawah daerah unsaturated.
Pada dasarnya air tanah dapat berasal dari air hujan, baik melalui proses infiltrasi secara langsung ataupun secara tidak langsung dari air sungai, danau, rawa, dan genangan air lainnya.
Air yang terdapat di rawa-rawa sering kali dikategorikan sebagai peralihan antara air permukaan dan air tanah. Pergerakan air tanah pada hakikatnya terdiri atas pergerakan horizontal air tanah, infiltrasi air hujan, sungai, danau dan rawa ke lapisan akifer, dan menghilangnya atau keluarnya air tanah melalui spring (sumur), pancaran air tanah, serta aliran air tanah memasuki sungai dan tempat-tempat lain yang merupakan tempat keluarnya air tanah.
Daerah yang merupakan tempat masuknya air tanah disebut recharge area, sedangkan daerah tempat keluarnya air tanah atau tempat penyadapan/pengambilan air tanah disebut discharge area. Sungai, danau, rawa, waduk, dan genangan air lainya dapat berperan sebagai recharge maupun discharge area.
Air tanah yang berasal dari lapisan deposit pasir memiliki kandungan karbondioksida tinggi dengan kandungan bahan terlarut (total dissolved solid/TDS) rendah. Air tanah yang berasal dari lapisan deposit kapur juga memiliki kadar karbondioksida yang rendah (karena karbondioksida bereaksi dengan kapur), namun memiliki nilai TDS yang tinggi. Air tanah biasanya memiliki kandungan besi relatif tinggi. Jika air tanah mengalami kontak dengan udara dan mengalami oksigenasi, ion ferri pada ferri hidroksida yang banyak terdapat dalam air tanah akan teroksidasi menjadi ion ferro, dan segera mengalami pengendapan serta membentuk warna kemerahan pada air. (Hefni E,2003)

2.5   Kabupaten Polman (Polewali Mandar)
Kabupaten Polewali Mandar (sering disingkat Polman) adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi Sulawesi Barat, Indonesia. Jumlah penduduk di kabupaten Polewali Mandar adalah 455.572 jiwa. Ibu kotanya adalah Polewali yang berjarak 246 km dari kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Sebelum dinamai Polewali Mandar, daerah ini bernama Kabupaten Polewali Mamasa disingkat Polmas yang secara administratif berada dalam wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Setelah daerah ini dimekarkan dengan berdirinya Kabupaten Mamasa sebagai kabupaten tersendiri, maka nama Polewali Mamasa pun diganti menjadi Polewali Mandar. Nama Kabupaten ini resmi digunakan dalam proses administrasi pemerintahan sejak tanggal 1 Januari 2006 setelah ditetapkan dalam bentuk PP No. 74 Tahun 2005, tanggal 27 Desember 2005 tentang perubahan nama Kabupaten Polewali Mamasa menjadi Kabupaten Polewali Mandar.
Kabupaten Polewali Mandar adalah salah satu di antara 5 (lima) Kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat yang terbentuk berdasarkan UU Nomor 26 Tahun 2004. Kabupaten ini merupakan hasil pemekaran ex-Daerah Swatantra (Afdeling) Mandar yang menjadi 3 kabupaten atau daerah tingkat II yang dimekarkan berdasarkanUU Nomor 29 Tahun 1959, yaitu:
1.)    Kabupaten Majene, meliputi bekas Swapraja Majene, Swapraj Pamboang dan Swapraja Cenrana (sendana);
2.)  Kabupaten Mamuju, meliputi bekas Swapraja Mamuju dan Swapraja Tappalang;
3.)  Kabupaten Polewali Mamasa, meliputi Swapraja Balanipa dan Swapraja Binuang yang termasuk dalam Onder Afdeling Polewali serta Onder Afdeling Mamasa.
Berdasarkan UU Nomor 11 Tahun 2002 tentang Pembentukan 22 Kabupaten/Kota Baru yang terbesar di seluruh wilayah privinsi, dua di antara kabupaten/kota itu adalah Kota Palopo dan Kabupaten Mamasa. Mamasa merupakan hasil pemekaran dari Daerah Tingkat II Polewali Mamasa, sehingga kedua onder afdeling Polewali dan Mamasa dimekarkan menjadi dua kabupaten terpisah, yaitu: Kabupaten Polewali Mandar dan Kabupaten Mamasa.




SKRIPSI EKONOMI : EVALUASI KINERJA PENYIAR DALAM PENINGKATAN KUALITAS ACARA SIARAN RADIO

EVALUASI KINERJA PENYIAR DALAM PENINGKATAN KUALITAS ACARA SIARAN RADIO 



BAB I
PENDAHULUAN

A.           LATAR BELAKANG
Sistem merupakan kegiatan-kegiatan yang berhubungan guna mencapai tujuan-tujuan tertentu. Setiap kegiatan memerlukan sistem dan prosedur yang baik agar kegiatan dapat berjalan sebagaimana mestinya. Sesuai dengan tujuan perusahaan, sumber daya manusia yang berkualitas yaitu para karyawan yang melaksanakan pekerjaan sistem juga sangat menunjang dalam keberhasilan suatu kegiatan perusahaan.
Evaluasi sitem dilakukan untuk memperoleh informasi tentang sistem dan prosedur yang sedang berlaku pada suatu perusahaan. Informasi yang dikumpulkan terutama mengenai kelebihan maupun kekurangan sistem yang sedang berjalan dalam suatu perusahaan. Salah satu kelebihan dan kekurangan sistem terletak dari kualitas informasi yang dihasilkan dan distribusi informasi ke pemakai. Seperti halnya para penyiar dituntut memiliki skill dalam berkominikasi dan memiliki wawasan yang luas.
Dengan adanya tuntutan tersebut dalam meningkatan kualitas acara siaran maka dipandang perlu untuk melakukan evaluasi terhadap penyiar dalam menjalankan tugas kesehariannya.
Berdasarkan uraian yang telah disebutkan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Evaluasi Kinerja Penyiar dalam Peningkatan Kualitas Acara Siaran
B.       RUMUSAN PERMASALAHAN
Bertolak dari latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan permasalahannya adalah
“ Bagaimanakah hasil dari evaluasi kinerja penyiar dalam peningkatan kualitas acara siaran”
C.                TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian yang diharapkan oleh peneliti adalah “Untuk mengetahui hasil dari evaluasi kinerja penyiar dalam peningkatan kualitas acara siaran”.
Sedangkan Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a.       Hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi/masukan untuk digunakan sebagai bahan perimbangan.
b.      Sebagai bahan literatur bagi pihak yang akan melakukan penelitian berikutnya.
 D.           METODOLOGI PENELITIAN
a.       Tempat dan waktu penelitian
Dalam upaya untuk pengumpulan data dari skripsi ini, maka penulis memilih lokasi penelitian . Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan terhitung 26 november 2012 – 26 januari 2012
b.      Desain penelitian
Dalam penelitian ini digunakan metode analisis kualitatif yaitu dengan cara menguraikan penerapan dan evaluasi kinerja penyiar.
c.       Metode pengumpulan data
Untuk mencapai tujuan penulisan serta memperoleh informasi yang dibutuhkan, maka pengumpulan data dilakukan denan cara :
1.      Penelitian lapangan (field research) yang terdiri dari :
a)      Observasi langsung yaitu pengumpulan data melalui pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti dalam hal ini penyiar  dengan jalan mengamati dan mencatat hasil pengamatan
b)      Interview yaitu tehnik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan lisan melalui percakapan atau berhadapan muka dengan para penyiar dengan memberikan keterangan kepada peneliti yang berhubungan dengan penulisan ini.
d.      Sumber data
Sumber data yang digunakan dalam penulisan ini adalah:
Data sekunder adalah data yang diperoleh maupun dokumen-dokumen 

E.       SISTEMATIKA PENULISAN
1.      Bagian Pendahuluan
Halaman Judul
Halaman Ikhtisar
Halaman Persetujuan
Halaman Kata Pengantar
Halaman Tabel
Halaman Daftar Gambar
2.      Bagian Inti
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
B.     Rumusan Permasalahan
C.     Tujuan dan Kegunaan Penelitian
D.    Metodologi Penelitian
E.     Sistematika Penelitian
BAB II LANDASAN TEORI
A.    Teori Pendukung Umum
B.     Teori Pendukung Khusus
 BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A.    Tempat dan Waktu Penelitian
B.     Sejarah Perusahaan
C.     Struktur Organisasi
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
A.    Analisa Penelitian
B.     Pembahasan Penelitian
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
B.     Saran
3.      Bagian Akhir
Daftar Kepustakaan
Lampiran-lampiran




BAB II
LANDASAN TEORI

A.    TEORI PENDUKUNG UMUM
B.     TEORI PENDUKUNG KHUSUS